KlinikStrokeNusantara.com

Sabtu, 28 Desember 2019

ART dan BabySitter Diberikan Perlindungan Tenaga Kerja

JAKARTA (Pos Kota) - Sebanyak 1.000 Asisten Rumah Tangga (ART) dan baby sitter yang tergabung di Lembaga Pendidikan dan keterampilan Kerja (LPK) Tiara Cipta diberikan, BPJS Ketenagakerjaan. Mengingat profesi mereka sangat rentan menjadi korban kekerasan dan kecelakaan kerja.

Minggu, 05 Mei 2019

Aturan Mempekerjakan Pengasuh Bayi

SEPERTI halnya seorang karyawan, pengasuh anak atau  yang lebih populer dengan istilah asingnya baby sitter, juga ingin diperlakukan secara profesional. Oleh karena itu, saat mempekerjakan seorang pangasuh anak, pastikan pula mereka melakukan tugasnya dengan baik. (Media Perempuan)

Selasa, 08 Agustus 2017

ANAK KECIL LEBIH TAHAN?

Pada dasarnya, mekanisme benturan pada anak kecil sama seperti pada orang dewasa. “Namun struktur otak anak kecil masih banyak air, jadi ada keuntungan dan kerugiannya,” terang Juwono.

Kerugiannya adalah terlalu banyak cairan membuatnya lebih gampang terjadi pembengkakan otak. Sedangkan keuntungannya, ia menambahkan, ukuran tengkorak anak cenderung kecil dan masih bisa membesar. “Saat terjadi perdarahan, masih ada kesempatan kepalanya membesar hingga jiwanya pun bisa tertolong.”

Selain itu, perkembangan otak anak masih bisa berkembang sampai usia 6 tahun. “Jika usia 1-2 tahun mengalami cedera kepala, kesempatan untuk tumbuh terhambat karena ada cacat di otak. Tapi di satu sisi, pemulihannya akan lebih bagus dan cepat. Contoh, pada kecelakaan pesawat, biasanya bayi  justru tertolong jiwanya.”


Sementara pada orang dewasa, tulang tengkorak sudah tertutup. Alhasil saat ada pembengkakan hebat di jaringan otak, tekanan darah meninggi dan kepala tidak bisa lagi mengembang. Kalau tekanannya tinggi sampai terkena batang otak, napasnya bisa langsung berhenti.” @Nove

DEMAM USAI MELAHIRKAN, AWAS INFEKSI NIFAS

Ani, ibu muda, mengeluh badannya terasa meriang usai melahirkan anak pertamanya. Suhu tubuhnya tinggi, namun dia merasa menggigil. Perasaannya serba tidak enak, keringat dingin keluar dari tubuhnya.

“Jika seorang wanita mengalami demam sehabis melahirkan, bisa jadi dia mengalami infeksi nifas. Yaitu peradangan akibat masuknya kuman ke dalam alat genital. Sewaktu proses persalinan dan nifas,” ujar spesialis penyakit kandungan Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Solo, Soffin Arfian, saat berbicara tentang infeksi nifas di RS PKU Muhammadiyah, beberapa waktu lalu.

Pada umumnya, jelas Soffin, penyebab demam pada ibu yang baru melahirkan adalah infeksi nifas. Meskipun kemungkinan penyebab lain di luar alat genital harus pula dipertimbangkan. Yang perlu diperhatikan, jika demamnya diakibatkan infeksi nifas, perlu diketahui lebih lanjut apakah infeksi itu hanya terjadi pada tempat masuknya kuman atau telah menjalar ke tempat lain.


Guna menentukan jenis obat yang pas, dapat dilakukan dengan cara mengambil getah vagina bagian atas. Dan, untuk menghindari infeksi nifas, pencegahan dilakukan sejak masa kehamilan hingga saat persalinan dan nifas. (FR/V-2) 

ARSENIK DAN BAYI

BAYI yang meminum susu formula memiliki kadar arsenik lebih tinggi. Sebuah studi yan digagas Kathryn Cottingham dari Dartmouth College, AS, menemukan kadar arsenik pada bayi berusia enam minggu 7,5 kali lebih tinggi daripada bayi yang meminum air susu ibu (ASI).


Penelitian melibatkan 72 bayi di Negara Bagian New Hampshire. Hasilnya kadar arsenik dalam susu formula dan air keran sangat tinggi. Cottingham menyarankan para ibu menyusui bayi untuk mengurangi kadar arsenik. Arsenik dapat menyebabkan kanker dan kerap dikaitkan dengan kematian, penyusutan bobot bayi lahir, dan perkembangan otak. Penelitian itu diterbitkan dalam Journal Environmental Health Perspectives. (AFP/Fox/X-4)

BALITA TEWAS DISIKSA AYAH IBU

Gara-gara Rewel dan Kerap Nangis. Usai Pemakaman Orangtua Ditangkap.

BOGOR (Pos Kota) – Nasib yang dialami Yeolghi Recardo sungguh membuat pilu. Bukan belai kasih yang dirasakan, sebaliknya ayah dan ibunya  sampai hati menyiksa anak ini sampai tewas.

Yeolghi, bocah 3 tahun yang tinggal di Kp Momonot RT 2/RW 11, Desa Tlanjung Udik, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tewas akibat benturan serta pukulan benda tajam. Dia meninggal setelah dua hari dirawat di RS Sentra Medika, Citeureup, Bogor. Hasil pemeriksaan medis dokter, korban mengalami luka dalam di bagian kepala dan organ tubuh bagian perut.

Ida, pengasuh Yeolghi, menceritakan kejadian ini bermula pada Rabu 23 November lalu korban rewel dan kerap menangis. AA, 25, ayah kandung korban, kesal dan memukuli bocah lelaki itu hingga memar di bagian kepala dan kening.

Parahnya, korban bukannya mendapat pembelaan dari sang ibu, SP, 24, ia justru kembali dianiaya oleh si ibu sampai tak sadarkan diri. Anak malang ini kemudian dibawa ke rumah sakit.

“Meski sempat mendapat perawatan, dia akhirnya meninggal dunia,” kata Ida yang telah dimintai keterangan oleh penyidik, Sabtu (26/11).

AYAH IBU DITAHAN
Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Bimantoro Kurniawan mengatakan, AA dan SP jadi tersangka dan ditahan setelah polisi memperoleh hasil otopsi dari rumah sakit dan keterangan saksi serta petunjuk di lokasi kejadian.

“Kedua orangtua korban ikut pemakaman. Setelah itu kami periksa dan sekarang sudah berstatus tersangka. Mereka mengakui perbuatannya, “ kata AKP Bimantoro.

Menurut Bimantoro, motif kekerasan ini dipicu masalah ekonomi dan ayah korban karyawan garmen melampiaskan kekesalan pada anaknya. Pasangan suami istri asal luar Jawa itu mengontrak rumah di Kampung Momonot RT 2/11, Desa Tlanjung Udik.

Kasus ini terkuak setelah polisi mendapat laporan dari rumah sakit ada balita mengalami luka tak wajar. Bripda Dodi Romansah, Aipda Dewi Rosidah serta Bripda Sherly, tiga penyidik PPA Polres Bogor datang mengecek ke RS Sentra Medika.

“Bripda Dodi memeriksa tubuh korban dan ditemukan ada beberapa luka lebam di paha kiri dan kanan, dua luka benjol di dahi kiri dan kanan,” kata AKP Bimantoro.


Kedua tersangka yang kini sudah ditahan di Mapolres Bogor terancam Pasal 80 UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan/atau denda Rp 3 miliar serta ditambah sepertiga dari hukuman karena pelakunya orangtua.  (bu/ird)

9 CARA BERDAMAI DENGAN BABY BLUES

Usai melahirkan merasa emosi turun naik hingga terkadang tiba-tiba marah atau menangis? Bisa jadi Anda terkena baby blues. Apa gejalanya dan bagaimana penanganannya?

Beberapa hari ini, Rere tampak uring-uringan. Ia gampang marah,. Terkadang tiba-tiba menangis. Padahal, seminggu lalu ia tampak bahagia lantaran berhasil melahirkan jabang bayi dengan proses normal. Rasa lelah bersalin tak terasa begitu memeluk buah hati tercinta.

Sayangnya, kini muncul perasaan moody dan emosionalnya tak stabil. Hhmm.. boleh jadi, ia mengalami baby blues. Ya, dalam proses adaptasi menjadi seorang ibu baru, di minggu-minggu pertama terjadi perubahan hormonal dan psikis yang menyebabkan terjadinya baby blues.

Menurut Fonda Kuswandi, S.Psi., Praktisi Hypno-birthing. Hypnobreastfeeding. Hypnoparenting dari Pro V Clinic Holistic Health Care Jakarta, setelah melahirkan hormon-hormon kehamilan menurun drastis. Lalu, diganti dengan produksi hormon-hormon untuk menyusui. Nah, fluktuasi atau perubahan hormonal dalam tubuh ini bisa menimbulkan efek kurang  nyaman. Alhasil, memicu perasaan-perasaan negatif.

Penyebab lain munculnya baby blues adalah kondisi psikologis ibu baru, misalnya ada rasa kecewa, rasa bersalah atas proses persalinan yang baru saja dilewati, mengalami kesulitan menyusui, khawatir dirinya tak bisa menjadi ibu yang baik bagi bayi, kelelahan, kewalahan berperan sebagai ibu baru.

Munculnya kendala psikis tersebut kemungkinan karena kurangnya persiapan mental dalam menghadapi berbagai kemungkinan ketika “berperan ganda”, baik itu mengurus suami, diri sendiri maupun merawat bayi. Apalagi ia mendapati hal-hal yang belum pernah ia alami dalam mengasuh dan merawat si Kecil. Bagi sebagian ibu baru. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.

Ragam Gejala
Ada beberapa gejala khas dari baby blues ini, tiga di antaranya:

Merasa Bosan, Sedih dan Lelah
Usai melahirkan, ibu merasa bosan karena yang dihadapinya sehari-hari hanyalah seputar merawat dan mengasuh bayi yang ternyata cukup merepotkan. Apalagi jka tak ada siapa pun yang membantu. Efeknya ibu mengalami kelelahan yang luar biasa, kurang istirahat, Ingin tidur tapi tidak bisa tidur, bahkan insomnia. Akibatnya ibu pun bisa mengalami penurunan konsentrasi.

Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan menangis tiada henti. Semua cara sudah dikerahkan, tapi si Kecil tetap saja menangis. Alhasil, ibu ikut-ikutan sedih bahkan menangis. Rasa kecewa atau kesal bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Mudah Marah, Tersinggung, dan Lebih Sensitif
Kala melihat bayi sering menangis bahkan mengalami muntah, misalnya, dan sebagainya, ibu secara tak sadar malah memarahi atau membentak si Kecil. Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa istrinya jadi sensitif dan mudah tersinggung. Sang ibu jadi tambah kesal karena suami tak berusaha membantu menyelesaikan problem yang dihadapinya. Intinya, ibu menjadi tidak sabar, mudah marah, dan mudah terpancing emosinya.

Merasa Terasing, Bersalah, dan Malu
Selama berada di RS, begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat, teman dan lainnya. Namun, begitu pulang ke rumah kondisi bisa berubah 180 derajat. Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus mengurus bayi lebih intens dari siapa pun. Masalah bisa makin bertumpuk tatkala ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi.

Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap dalam bentuk aneka kerepotan. Akibatnya, ibu merasa terasing. Belum lagi bila orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman. Hal-hal semacam ini gampang membuat ibu semakin bingung. Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus malu bila dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.  

9 Penanganan Tepat
Baby blues bisa dikatakan ringan jika berlangsung kurang lebih 2-3 minggu pascapersalinan. Jika tak tertangani dengan baik dan sampai tuntas, ada kemungkinan ibu mengalami depresi pascapersalinan dan sebaiknya segera mencari bantuan profesional agar bisa segera diatasi.

Agar tidak berujung menjadi depresi, sebaiknya dilakukan upaya penanganan segera. Berikut di antaranya:

Dukungan Orang Terdekat
Dukungan suami, orangtua, mertua sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, penting sekali peran serta orang-orang terdekat untuk membantu meringankan tugas ibu mengasuh/merawat sang bayi dengan cara bagi-bagi tugas. Dengan begitu, beban yang dipikul jadi jauh lebih ringan.

Selama 2 minggu pascamelahirkan, suami sebaiknya mendampingi istri tercinta, Mengapa? Karena di masa ini ibu tengah beradaptasi dengan bayi dan segala permasalahannya. Bila masa ini terlewati dengan baik biasanya kendala pengasuhan dan perawatan bayi bisa teratasi. Yang tak kalah penting suami seharusnya mengerti kondisi istri setelah  melahirkan. Suami harus lebih sabar dan mengerti jika istrinya jadi uring-uringan. Cobalah pahami masalah yang dihadapi dan bantulah mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Berbicara Pada Orang-orang yang Dipercaya
Berbagi masalah dengan orang-orang yang dipercaya seperti teman, saudara, orangtua atau sesama ibu yang pernah mengalami hal serupa tentu bisa membantu. Ya, Anda dapat mencari support group sehingga tak merasa sendirian. Ibu bisa bertukar pikiran mengenai cara-cara mengatasi keluhan psikis yang dialami. Meski Anda sudah banyak membaca literatur tentang cara mengatasi sindrom tersebut, adakalanya teori yang didapat berbeda dari kenyataan masalah yang dihadapi.

Menuliskan Perasaan di Jurnal
Selain berbagi atau curhat dengan orang terdekat atau yang dipercaya, ibu juga dapat menuliskan perasaan di jurnal. Apa yang beban dalam pikiran tuangkan sehingga sedikit demi sedikit terasa ringan. Pada orang tertentu, menumpahkan kendala yang sedang dihadapi dalam bentuk tulisan, terasa sangat membantu.

Menghirup Udara Segar dan Pola Makan Bergizi
Suasana bosan setiap hari di rumah dengan merawat sang jabang bayi sesekali perlu diubah suasananya. Cobalah menghirup udara segar di pagi hari, misalnya, hal sederhana ini sudah bisa sangat membantu.

Jaga Pola Makan Sehat
Mengasuh dan merawat si Kecil bukan berarti Anda jadi lupa dan melewatkan makan. Tetaplah untuk makan secara teratur sesuai jadwal. Sesuaikan porsi dan tak lupa upayakan untuk mengonsumsi makanan bergizi. Dengan begitu, kondisi tubuh itu tetap fit dan prima.

Melakukan Meditasi dan Relaksasi
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah melakukan meditasi dan relaksasi secara rutin. Diharapkan ibu akan merasakan ketenangan, tentram dan damai meski dihadapkan dengan persoalan mengasuh si Kecil yang notabene dibilang merepotkan, Ibu justru jadi akan mudah menangani kendala pengasuhan si Kecil.
    
Mencari Bantuan untuk Mengurus Pekerjaan Rumah Tangga
Ada baiknya juga mencari asisten rumah tangga yang mengurus urusan lain di rumah. Dengan begitu, ibu terfokus untuk merawat sang jabang bayi. Tidak semua urusan rumah ibu harus selesaikan karena beban sudah terbagi.

Menurunkan Standar
Ya, namanya juga ibu baru, pasti segala sesuatunya perlu proses pembelajaran. Tidak tiba-tiba bisa terampil mengurus dan merawat bayi. Meski ibu sudah berusaha semaksimal mungkin, wajar saja bila ada kekurangan di sana-sini. Tak perlu berharap segala sesuatunya sempurna. Justru ini membuat ibu jadi tertekan dan merasa terbebani.  

Konsultasi pada Profesional
Jika masih belum mendapat solusi yang memuaskan, pilihan alternatifnya adalah konsultasi pada yang ahli, misalnya psikolog yang dapat membantu mencarikan jalan keluar dari masalah seputar pascapersalinan. Berkonsultasi dengan pakar membuat ibu setidaknya berpikir bahwa persoalan yang dihadapi bukanlah sesuatu yang “abnormal”, melainkan wajar.

Cegah Baby Blues
Nah, untuk mengantisipasi hal itu, yang terpenting adalah persiapan jauh-jauh hari, termasuk di dalamnya persiapan mental, fisik, bahkan finansial. Perbanyaklah pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, pengasuhan bayi dan sebagainya. Dengan begitu, permasalahan kehamilan ataupun kendala setelah melahirkan setidaknya bisa teratasi dengan baik.


Beberapa hal konkret yang bisa dilakukan di antaranya rutin melakukan meditasi, relaksasi hypnobirthing, yoga kehamilan, menjaga pola makan agar tetap seimbang sejak merencanakan kehamilan dapat membuat kondisi bisa lebih stabil baik dari sisi fisik, pikiran, dan kejiwaan, sehingga bisa membantu menjadi lebih tenang, pasrah, dan bisa memperkecil kemungkinan terjadinya baby blues. @Hilman Hilmansyah