Usai melahirkan merasa emosi turun naik hingga terkadang
tiba-tiba marah atau menangis? Bisa jadi Anda terkena baby blues. Apa gejalanya
dan bagaimana penanganannya?
Beberapa hari ini, Rere tampak uring-uringan. Ia gampang
marah,. Terkadang tiba-tiba menangis. Padahal, seminggu lalu ia tampak bahagia
lantaran berhasil melahirkan jabang bayi dengan proses normal. Rasa lelah
bersalin tak terasa begitu memeluk buah hati tercinta.
Sayangnya, kini muncul perasaan moody dan emosionalnya tak
stabil. Hhmm.. boleh jadi, ia mengalami baby blues. Ya, dalam proses adaptasi
menjadi seorang ibu baru, di minggu-minggu pertama terjadi perubahan hormonal
dan psikis yang menyebabkan terjadinya baby blues.
Menurut Fonda Kuswandi, S.Psi., Praktisi Hypno-birthing.
Hypnobreastfeeding. Hypnoparenting dari Pro V Clinic Holistic Health Care
Jakarta, setelah melahirkan hormon-hormon kehamilan menurun drastis. Lalu,
diganti dengan produksi hormon-hormon untuk menyusui. Nah, fluktuasi atau perubahan
hormonal dalam tubuh ini bisa menimbulkan efek kurang nyaman. Alhasil, memicu perasaan-perasaan
negatif.
Penyebab lain munculnya baby blues adalah kondisi psikologis
ibu baru, misalnya ada rasa kecewa, rasa bersalah atas proses persalinan yang
baru saja dilewati, mengalami kesulitan menyusui, khawatir dirinya tak bisa
menjadi ibu yang baik bagi bayi, kelelahan, kewalahan berperan sebagai ibu
baru.
Munculnya kendala psikis tersebut kemungkinan karena
kurangnya persiapan mental dalam menghadapi berbagai kemungkinan ketika
“berperan ganda”, baik itu mengurus suami, diri sendiri maupun merawat bayi.
Apalagi ia mendapati hal-hal yang belum pernah ia alami dalam mengasuh dan
merawat si Kecil. Bagi sebagian ibu baru. Ini tentunya dapat menimbulkan masalah.
Ragam Gejala
Ada beberapa gejala
khas dari baby blues ini, tiga di antaranya:
Merasa Bosan, Sedih dan Lelah
Usai melahirkan, ibu merasa bosan karena yang dihadapinya
sehari-hari hanyalah seputar merawat dan mengasuh bayi yang ternyata cukup
merepotkan. Apalagi jka tak ada siapa pun yang membantu. Efeknya ibu mengalami kelelahan yang luar biasa, kurang
istirahat, Ingin tidur tapi tidak bisa tidur, bahkan insomnia. Akibatnya ibu
pun bisa mengalami penurunan konsentrasi.
Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan
menangis tiada henti. Semua cara sudah dikerahkan, tapi si Kecil tetap saja
menangis. Alhasil, ibu ikut-ikutan sedih bahkan menangis. Rasa kecewa atau
kesal bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan
hasil seperti yang diharapkan.
Mudah Marah, Tersinggung, dan Lebih Sensitif
Kala melihat bayi sering menangis bahkan mengalami muntah,
misalnya, dan sebagainya, ibu secara tak sadar malah memarahi atau membentak si
Kecil. Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa istrinya jadi sensitif dan
mudah tersinggung. Sang ibu jadi tambah kesal karena suami tak berusaha
membantu menyelesaikan problem yang dihadapinya. Intinya, ibu menjadi tidak
sabar, mudah marah, dan mudah terpancing emosinya.
Merasa Terasing, Bersalah, dan Malu
Selama berada di RS,
begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat,
teman dan lainnya. Namun, begitu pulang ke rumah kondisi bisa berubah 180
derajat. Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus
mengurus bayi lebih intens dari siapa pun. Masalah bisa makin bertumpuk tatkala
ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan
mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi.
Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap
dalam bentuk aneka kerepotan. Akibatnya, ibu merasa terasing. Belum lagi bila
orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal
pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman. Hal-hal semacam ini
gampang membuat ibu semakin bingung. Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus
malu bila dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.
9 Penanganan Tepat
Baby blues bisa dikatakan ringan jika berlangsung kurang
lebih 2-3 minggu pascapersalinan. Jika tak tertangani dengan baik dan sampai
tuntas, ada kemungkinan ibu mengalami depresi pascapersalinan dan sebaiknya
segera mencari bantuan profesional agar bisa segera diatasi.
Agar tidak berujung menjadi depresi, sebaiknya dilakukan upaya
penanganan segera. Berikut di antaranya:
Dukungan Orang Terdekat
Dukungan suami, orangtua, mertua sangat dibutuhkan. Dalam
hal ini, penting sekali peran serta orang-orang terdekat untuk membantu
meringankan tugas ibu mengasuh/merawat sang bayi dengan cara bagi-bagi tugas.
Dengan begitu, beban yang dipikul jadi jauh lebih ringan.
Selama 2 minggu pascamelahirkan, suami sebaiknya mendampingi
istri tercinta, Mengapa? Karena di masa ini ibu tengah beradaptasi dengan bayi
dan segala permasalahannya. Bila masa ini terlewati dengan baik biasanya kendala
pengasuhan dan perawatan bayi bisa teratasi. Yang tak kalah penting suami
seharusnya mengerti kondisi istri setelah
melahirkan. Suami harus lebih sabar dan mengerti jika istrinya jadi
uring-uringan. Cobalah pahami masalah yang dihadapi dan bantulah mencari jalan
keluar dari masalah tersebut.
Berbicara Pada Orang-orang yang Dipercaya
Berbagi masalah dengan orang-orang yang dipercaya seperti
teman, saudara, orangtua atau sesama ibu yang pernah mengalami hal serupa tentu
bisa membantu. Ya, Anda dapat mencari support group sehingga tak merasa
sendirian. Ibu bisa bertukar pikiran mengenai cara-cara mengatasi keluhan
psikis yang dialami. Meski Anda sudah banyak membaca literatur tentang cara
mengatasi sindrom tersebut, adakalanya teori yang didapat berbeda dari
kenyataan masalah yang dihadapi.
Menuliskan Perasaan di Jurnal
Selain berbagi atau curhat dengan orang terdekat atau yang
dipercaya, ibu juga dapat menuliskan perasaan di jurnal. Apa yang beban dalam
pikiran tuangkan sehingga sedikit demi sedikit terasa ringan. Pada orang
tertentu, menumpahkan kendala yang sedang dihadapi dalam bentuk tulisan, terasa
sangat membantu.
Menghirup Udara Segar dan Pola Makan Bergizi
Suasana bosan setiap hari di rumah dengan merawat sang
jabang bayi sesekali perlu diubah suasananya. Cobalah menghirup udara segar di
pagi hari, misalnya, hal sederhana ini sudah bisa sangat membantu.
Jaga Pola Makan Sehat
Mengasuh dan merawat si Kecil bukan berarti Anda jadi lupa
dan melewatkan makan. Tetaplah untuk makan secara teratur sesuai jadwal.
Sesuaikan porsi dan tak lupa upayakan untuk mengonsumsi makanan bergizi. Dengan
begitu, kondisi tubuh itu tetap fit dan prima.
Melakukan Meditasi dan Relaksasi
Upaya lain yang bisa
dilakukan adalah melakukan meditasi dan relaksasi secara rutin. Diharapkan ibu
akan merasakan ketenangan, tentram dan damai meski dihadapkan dengan persoalan
mengasuh si Kecil yang notabene dibilang merepotkan, Ibu justru jadi akan
mudah menangani kendala pengasuhan si Kecil.
Mencari Bantuan untuk Mengurus Pekerjaan Rumah Tangga
Ada baiknya juga mencari asisten rumah tangga yang mengurus
urusan lain di rumah. Dengan begitu, ibu terfokus untuk merawat sang jabang
bayi. Tidak semua urusan rumah ibu harus selesaikan karena beban sudah terbagi.
Menurunkan Standar
Ya, namanya juga ibu baru, pasti segala sesuatunya perlu
proses pembelajaran. Tidak tiba-tiba bisa terampil mengurus dan merawat bayi.
Meski ibu sudah berusaha semaksimal mungkin, wajar saja bila ada kekurangan di
sana-sini. Tak perlu berharap segala sesuatunya sempurna. Justru ini membuat
ibu jadi tertekan dan merasa terbebani.
Konsultasi pada Profesional
Jika masih belum mendapat solusi yang memuaskan, pilihan
alternatifnya adalah konsultasi pada yang ahli, misalnya psikolog yang dapat
membantu mencarikan jalan keluar dari masalah seputar pascapersalinan.
Berkonsultasi dengan pakar membuat ibu setidaknya berpikir bahwa persoalan yang
dihadapi bukanlah sesuatu yang “abnormal”, melainkan wajar.
Cegah Baby Blues
Nah, untuk mengantisipasi
hal itu, yang terpenting adalah persiapan jauh-jauh hari, termasuk di dalamnya
persiapan mental, fisik, bahkan finansial. Perbanyaklah pengetahuan atau
informasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, pengasuhan bayi dan
sebagainya. Dengan begitu, permasalahan kehamilan ataupun kendala setelah
melahirkan setidaknya bisa teratasi dengan baik.
Beberapa hal konkret yang bisa dilakukan di antaranya rutin
melakukan meditasi, relaksasi hypnobirthing, yoga kehamilan, menjaga pola makan
agar tetap seimbang sejak merencanakan kehamilan dapat membuat kondisi bisa
lebih stabil baik dari sisi fisik, pikiran, dan kejiwaan, sehingga bisa
membantu menjadi lebih tenang, pasrah, dan bisa memperkecil kemungkinan
terjadinya baby blues. @Hilman Hilmansyah